Tuesday, 17 May 2016

PORSI

10:10 PM
17 mei 2016

Porsi.

Sudah menjadi porsiku disini. Memilih mereka yang sedikit merampas kenikmatan dalam setiap porsi yang aku punya.

Jutaan kali aku gelisah seperti ini. Menganalisa apapun yang aku tau. Memberi kesempatan lagi pada hati.

Aku punya mimpi disiang bolong :

Ada pangeran yang menjadi pelindungku dari segala macam derita yang hendak mendekat. Pangeran tampan yang diam bersamaku. Berkuda coklat dengan pedang emasnya. Dengan senyum yang membuatku mati rasa saat aku merasakan pedih teramat sangat. Bahkan anestesi sekalipun aku tidak butuh. Cukup kamu yang tersenyum. Cukup.

Itu mimpi konyol yang menyenangkan. Dalam kenyataan, aku masih setia mencarinya dalam diam.
Berjanjilah, kamu segera datang. Aku masih mau sekarat dengan anestesimu.


Porsiku sedang disini.

Menjadi temanmu. Atau sahabat jika kamu mau.

Saat ini, aku diantara yang lain. Menjadi satu diantara dua sisi. Empat dan empat. Aku yang kelima, baik dari kiri maupun kanan. Namun hari ini hanya ada tiga dan tiga. Aku yang keempat, baik dari kiri maupun kanan.

Memperhatikan dimana letak salahku hari ini.

Ingat ini sekarang.

Aku turut serta bersamanya. Bersama menjadi telinga dan matanya. Mengiyakan  suara “iya” yang menyeruak masuk. Mengikuti jalan setapak yang ia pilih. Mendaratkan jutaan sentuhan jari yang disambut telapaknya. Menjadi alas saat ia terjatuh. Merangkulnya saat ia mulai merasa sendiri. Mengaktifkan sejuta radar untuk menangkap maksud matanya. Lalu, satu saat hanya sekedar melepas untuk bernafas. Aku lengah. Dan ia gelisah. Ia sudah terlanjur dingin. Aku yang kini gelisah. Ia lupa mungkin.

Porsiku yang salah ? atau aku yang memakan porsi kalian ?

Akupun manusia, kamu tahu itu.

Tidak bisakah aku salah ?


Kamu yang ber-tiga. Terimakasih sudah mengingatkanku untuk lebih tenang. Tidak menjadi penyulut. Malah meredamku hari ini.

Dan kamu yang ber-tiga.

Entah apa maksudku bertingkah diam selepas tadi sore. Yang jelas aku hanya butuh diam. Hari ini, aku yang salah pergi keporsi lain. Harusnya aku diam di porsi seharusnya. Tidak ke kanan maupun ke kiri. Aku menyadari porsiku sekarang.

Tadi, aku tidak sadar dengan porsi yang sudah kupilih dari awal. Tempatku memang tidak jauh dari yang kanan dan tidak jauh dari yang kiri. Aku ditengah-tengah kalian. Yang sulit sekali terlihat normal tanpa adanya kejomplangan.

Satu hal yang harus kalian tau. Rasa sayang yang tidak bisa aku tutupi.


Aku sadar benar dengan apa yang terjadi. Ada yang tidak beres dengan kita. Ada kubu-kubu lain didalamnya. Namun, aku terima. Aku masih bisa masuk kekubu-kubu yang ada. Ini sudah porsiku.

Jangan menyalahkan diri jika kamu tidak bisa masuk ke kubu lain, toh kita terbungkus. Tidak berceceran. Dan mungkin, itu bukan porsi kamu.

Bagiku, menjadi aku sudah sangat beruntung. Namun, sekaligus lebih beresiko kena cap merah lebih dulu.

Jujur, dikubu lain aku hanya sekedar tau dan ikut-ikutan. Dikubu yang satunya juga begitu. Yang sesungguhnya justru aku yang sendirian.

Jangan bilang “kamu gak sendirian” jelas-jelas aku yang rasa.
Bahkan jika harus memilih, lebih baik aku yang hilang daripada kalian yang hilang .


Mengertilah, aku sayang kalian. Baik secara individu. Maupun dalam kubu yang kalian buat. Dan aku masuk kesana.

Aku bahkan kadang sama tidak mengertinya seperti kalian. Sedang apa dengan kubu itu ?
Tapi yasudah. Ini jelas masih porsiku untuk diam.


Hari ini, aku sedih. Melihat kalian yang begitu membuat jarak denganku.

Bukan aku duluan yang begitu. Aku lari ke bagian kubu lain, hanya untuk sekedar tau.

Bukankah dari pagi aku sudah dikubu kalian ? lalu aku kesana sebentar. Dan kalian bertatap denganku sudah dengan kesimpulan yang kalian buat.

Aku, sedih bukan main. Biarlah aku buat kalian kembali seperti semula. Tapi gagal.

Kalian seolah tidak melihat aku disana. Apa kalian sedang membalas sebuah kesimpulan yang kalian buat sendiri ?

Iya, dalam sudut pandang kalian. Aku sudah tidak diporsiku.


Namun lewat bingkaiku ini berbeda. Aku menikmati keduanya. Baik dengan keluhan atau sedang tidak. yang kamu liat tidak selalu sama dengan apa yang kamu pikir.

Maka, maaf jika itu masih menjadi kesimpulannya.

Tidak bisakah kita berteman normal ? tanpa rasa curiga. Tanpa rasa was-was. Tanpa rasa canggung seperti hari ini. Aku muak. Ini bukan lagi masanya. Sungguh.


Terimakasih sudah baca.

Saturday, 7 May 2016

Sipemuas diri

7 Mei 2016
21:29

Selamat malam.

Apa kabar hari ini ?
Saya kasih jeda biar kamu jawab. Silahkan.






Saya mau cerita tapi kali ini ingin sedikit jelas.

Mmm, curhat sedikit ya…
Sebenernya, saya masih agak terbawa suasana pasca nonton AADC2 haha. Sangat suka dengan apapun yang tokoh Rangga ucapkan. Entah itu jadi racun tersendiri buat saya.
Bagi saya yang tepat untuk bait yang ini “panas dikening dan dingin dikenang” itu kamu Rangga.


Okeee, saya gak lagi mau bahas itu sih.
Saya mulai, masih seputar saya.

Saya ingin bangun. Bikin kemajuan buat diri saya. Kenapa sih susah sekali? Kadang, bikin saya ngerasa gak ada harganya jadi saya.

Kali ini saya mau nulis diem-diem. Gak ada yang baca juga gak jadi masalah.

Awalnya saya sempet mikir, kalo saya harus nulis sesuatu yang punya manfaat buat orang lain. Tapi saya rasa, itu bukan saya.
Saya ini, seorang Pemuas diri. Jadi jelas bukan saya.


Beberapa orang bilang saya terlalu berlebihan disini. Tapi bagi saya ini bentuk protes saya sama mereka.
Bising sekali telinga saya. Dengerin ini, dengerin itu. Gak ada habisnya.
Lalu kapan bagian saya buat didengar ?


Saya sedang kehilangan identitas diri sekarang.

Mereka mungkin bisa tau siapa saya. Bisa lihat wujud saya. Bisa dengar suara saya. Bisa sadar sedang ada saya. Tapi mereka hanya mereka yang sejenak menoleh untuk sekedar tau,lihat,dengar dan sadar ada saya.

Untuk saat ini. Mereka hanya sedang berlakon menjadi seseorang yang “seolah” .


Saya kesepian. Sepi sekali.

Topeng yang saya pakai semakin menipis minta diganti. Tapi saya masih suka pake yang ini. Dan lagi-lagi masa mengalahkan saya dengan membelikan topeng yang baru. Terimakasih ya.


Lucu sekali,ada hal konyol yang hampir saya tuliskan disini. Untung nalar saya masih ikutan jalan, jadi saya hapus lagi.


Detik ini tiba-tiba saya ingin ikut pulang bareng ibu saya. Beliau baru tadi sore balik lagi ke rumah setelah 3 hari nemenin saya disini.
Tapi saya pasti bakal minta kesini lagi kalo udah nyampe sana. Selalu begitu. Ada ribuan hal yang menusuk saya disana. Lalu salah satunya menyelinap masuk minta dikeluarkan lewat emosi yang ujungnya dikatain egois.


Kalian ngerti apa yang saya mau sampaikan disini ?
Oke saya kasih jeda buat mikir. Silahkan.







Kebanyakan  bilang “tidak”.
Berarti saya masih belum mau terlalu jelas ya? hehe.

Tenang, saya masih jadi manusia yang berusaha buat berpikir positif tentang apapun yang menjadi proses dalam hidup saya.
Yang saya tulis, Cuma sisi saya yang lain. Sttttt, Labirin bagian ini masih belum mau pergi dari saya. jadi harap maklum kalo edisinya masih sama gak jelas dan gak seru.

Terimakasih sudah baca. Yaaa kalo ada.



Kamu, hanya bisa menebak-nebak. Tidak tahu apa pastinya. Jadi, bertingkahlah menjadi “seolah” yang berhasil menebak dengan tebakan terbaik yang kamu punya.

Wednesday, 20 April 2016

Labirin bagian sini sangat Mendung (nyampah)

21 April 2016
09:15

Selamat pagi, ahh ini kali pertama ditahun ini saya memposting tulisan saya dipagi hari.
Selamat hari Kartini untuk wanita-wanita hebat kepunyaan Indonesia. Khususnya untuk mamah saya.


Sebenarnya gak ada yang penting di postingan saya kali ini, otak saya aja gak mau di ajak cerita. Tapi gak tau kenapa saya tetep pengen cerita.


Hari Jumat tepatnya tanggal 15 April 2016 kemarin saya pulang. Rumitnya kehidupan disana justru yang bikin saya rindu mengecapnya lagi. 
Ditinggalnya 100 hari, bagi saya bukan waktu yang cepat untuk berlalu. Namun justru semakin hari, saya semakin kelimpungan nahan rindu. Sesak tapi dipaksa tetap hidup.

Mungkin teman saya bosan dengan keluhan yang sama perihal saya yang rindu dengan sosoknya. Saya bisa baca ekspresinya haha. Atau mereka justru sedang kasihan ? ahh, mereka berlebihan. Saya sendiri hanya butuh didengar. Gak mungkin juga saya minta dibunuh karna ngeluh pengen ketemu bapak. Dikasihani. Bukan itu yang saya butuhkan.

Pulang lagi.
Saya mendapat banyak persoalan disana. Entah yang sudah lama ada, atau yang sangat baru saya ketahui. Persoalan. Sesuatu yang belum terselesaikan. 
Dulu, hal-hal seperti ini bahkan saya belum tahu sama sekali.
Dulu, hal-hal yang menurut saya berat bisa saya ceritakan.
Dulu, saya bisa bereaksi secepat mungkin melalui intruksinya.
Lalu sekarang, saya hanya diam. Bahkan didengar saja sudah membosankan. Saya mengerti posisi saya sekarang. Sangat tidak sedang nyaman. Labirin bagian sini sangat mendung.


Kehidupan saya jika sudah kembali kesini, akan beda lagi. Rutinitas yang sama masih saya jalani, entah ada warna lain atau masih saja abu-abu seperti kemarin. Saya berusaha menikmati prosesnya. Rasanya masih indah jika saya syukuri. Tugas, makan, main, gossip, tidur. Kadang, hal-hal tadi yang bikin saya lupa sama ibadah. Susahnya buat jadi gak malas. Terserahlah saya mau di cap apa, memang saya gini adanya. Tapi bukankah perubahan itu pasti ada ? ya, saya sedang menuju kesana. Diusahakan secepat mungkin.

~

~

Kesenangan manusia. adalah menyalahkan manusia lain tanpa berpikir bahwa ia juga sedang melakukan kesalahan. Menyenangkan. Itu yang saya lakukan setiap hari. Payah.

Bisakah saya menjadi positif ? menjadi bagian baiknya penghuni bumi ? salah satu pembangun terbaik generasi ? bisakah ?.

Lalu kalian, orang-orang dewasa yang mengatur saya. Yang menghalangi saya. Tolong geser sebentar. Saya butuh nafas. Jangan tekan saya. saya sedih.

Terimakasih sudah baca. Atau tidak ? gak papa ini Cuma sampah yang berusaha saya buang.

Semangat semuanya!!

Sunday, 10 April 2016

SIPENGELUH

10 April 2016
21:31


Disini lagi. Berkecamuk sendiri,entah ini benar atau belum benar.

saya bingung kenapa harus ada adaptasi ? kenapa semuanya tidak berlangsung sesuai dengan yang sedang berjalan. Tidak mencampuri mereka yang sudah disana. Anggap saja yang baru adalah yang sudah lama ada.

Saya lelah. Bukan karena tidak enak. Namun ini lebih tidak adil.

Saya baik tetap saja ada bunyi nya. Saya jelek malah semakin gaduh.
Bisakah kita hidup hanya diam ? diam dalam artian hidup saya bukan hidup kamu.

Jika mereka dibenarkan, kenapa saya tidak ?
Tidak adil.

Pusing sendiri saya. Mereka mengaduh, menangis, lalu tertawa. Dan terus begitu.
Saya yang salah ? atau mereka yang salah ? kenapa saya yang tertekan disini ?

Yang disana ribut dengan argumenya. Masing-masingnya merasa pintar. Yang disini gaduh tidak karuan.  Keduanya saya tidak mengerti. Sayakah yang salah lagi ? atau saya yang sedang lelah ?

~

~

Labirin sedang berjalan melewati saya. Tapi saya malah diam tidak berusaha keluar. Labirin yang ujungnya bahkan tak bisa diramalkan. Masa bodoh dengan saya! Saya muak.

~

Bahkan yang sederhana saya buat rumit. Komitmen untuk hidup nyaman sudah saya tabrak berulang-ulang. Mungkin rusak. Atau sudah hilang.

Katanya keluar dari zona nyaman itu bagus, tapi saya selalu ditekan mundur. Lagi dan lagi. Padahal saya bilang saya ingin jalan. Tapi selalu ditentang.


Ragu-ragu saya nikmati labirin ini. Labirin bergerak yang kadang sepi. Lalu ramai lagi.

Saya mulai suka. Lalu jenuh lagi.

Saya butuh yang baru. Entah apa itu, yang jelas saya rindu itu. Itu. Dimana kamu?.


~

Saya suka sekali dengan jeda, jarak, koma, titik, dan segala pembatas yang ada. Karena mereka yang menyamarkan kamu. Kamu yang entah kapan saya temui.

.

Sekarang saya jijik. Jijik sendiri baca tulisan ini. Saya seperti makhluk paling menyedihkan, padahal saya masih beruntung kata mamah.


Maaf. Saya emang suka ngeluh hehe.


Terimakasih sudah baca.

Friday, 1 April 2016

Tidak aman



2 April 2016
24:04

strangers! kangen gak sama adita ? saya sih kangen.

Tanggal 1 berakhir saya masih terjaga.

Tadinya saya ingin menceritakan karakter seseorang. Tapi, mendadak balik arah kesaya lagi.

Beberapa menit yang lalu, saya masih tiduran sambil melamunkan apapun yang ingin saya lamunkan.
Saya teringat pesan seseorang, untuk pulang bulan April ini.
Alasannya, untuk mengenang 100 harinya bapak tidak ada di Bumi.

Saya ada di situasi iya tapi tidak. Segalanya serba ambigu. Saya coba iyakan tapi ternyata tetap tidak.

Perasaan saya, atau entahlah apa ini. Yang jelas ini dimulai saat beliau pergi.
Sendiri. Sendirian. Sepi. Kesepian. Tidak aman.

Tidak ada wadah untuk saya meringkuk lagi. Segalanya seolah diambil, dibuka,direbut, lalu saya hanya diam tanpa berusaha untuk memperbaiki. Sudah.

Yang saya pahami, pandangan orang terhadap saya adalah “kecil”. Tapi, tanpa sadar mungkin yang kecil yang akan mematikan.
sama sekali bukan ancaman, tapi harapan yang akan menjadi pembuktian. Saya siap untuk menjadi berani. Sekarang.


Di cermin, saya lihat bayangan saya. Ada bapak di mata saya. Saya senang bapak disitu. Tapi, perlahan bapak hilang atau mata saya yang mulai kabur ?
yang benar adalah saya yang mengusir bapak dari situ. Saya menangis. Bapak gak mau disitu lagi. Tidak menangis berarti itu kuncinya. Tidak lagi.



Ahhh kesal saya ! libur malah bikin saya jadi gelisah gak karuan. Kadang, yang namanya libur bukan berarti liburan. Saya lebih baik ngisi soal ujian dari pada disiksa perlahan sama pikiran sendiri. Dasar saya situkang ngeluh. Maaf.

Sudah, saya ngantuk mau tidur. Terimakasih sudah baca.

Wednesday, 30 March 2016

Dua pasang mata minggu ini

30 Maret 2016
22:51

Selamat malam, saya lagi rajin ngepost nih. Ada dorongan konyol dari dua orang yang akhir-akhir ini memenuhi malam-malam saya.

Dua karakter berbeda yang saya kenal. Dua manusia berlainan jenis kelamin. Dua pribadi yang gak ada matinya buat ngomongin hal gak penting. Dengan masing-masing sepasang mata yang saya sukai. Mereka entahlah apa. Yang jelas, saya nyaman dengan apa yang sedang saya hadapi setiap malamnya. Dengan kegaduhan tiga suara cempreng saling ledek gak berhenti.

Biar adil, saya kasih julukan untuk mereka, sebuah kata sederhana yang hidup penuh arti. Saya yakin dengan apa yang saya tulis. Sahabat. Semoga tidak berubah.

Malam ini, saya tujukan untuk dua orang yang sudah dipastikan bakal baca tulisan saya.

Hubungan kami sangat rumit, bahkan baru kemarin saya curhat sama Adita tentang kami.

Kami sebenarnya tidak hanya ber-tiga, ada ber-sembilan. Namun, tidak semuanya bisa saya gambarkan disini. Sudah saya bilang, lebih baik tidak jelas. Daripada saya perjelas tapi ujungnya semakin gak jelas. Biar begini. Dua orang yang rela saya ambil jiwanya kesini. Bahkan mereka usul sendiri.


Yang satu ini, indahnya luar biasa. Saya yakin, dia bagian dari baik hatinya penghuni Bumi.
Saya kenal dia dengan sapaan tidak sengaja. Lalu berlanjut didalam kelas. Dan masih setia sampai diluar kelas. Bahkan, saya ajak dia main dipekarangan sendu saya kalo lagi galau.

Dia. Sahabat perempuan yang saya kenal 2 tahun terakhir, dengan kepolosan yang saya kagumi.
Secara bertahap saya mengenal sifatnya. 2 kali saya jadi saksi pertambahan umurnya namun saya simpulkan dia masih tetap dia. Tidak berubah. Bukan hanya saja pribadinya yang kekanakan. Namun, Ada hal yang saya sukai, dan masih tidak berubah. Sebuah cara. Cara dia menanggapi, memahami, dan merespon saya selalu sama dengan apa yang saya duga.

Saya tau benar, hidupnya tidak hanya apa yang saya rekam. Saya juga tidak berani bilang kalau dia sempurna atau kurang dibawah kurang. Yang pasti, apapun yang dia rasa. Apapun yang dia hadapi. Saya senang bisa menjadi bagian yang ada di pihaknya. Saya beruntung kenal dia. Anak manusia yang hidup dengan didampingi penuh cerita fiksi yang selalu disambut bahagia olehnya. Anak manusia yang ceria walau saya tahu, ada sendu disana.

Terimakasih untuk kamu. N. yang betah kenal sama saya.


Beberapa menit yang lalu, saya jeda buat sekedar baca tulisan dari orang yang akan saya ceritakan selanjutnya.

Selalu ada rasa haru setiap saya baca tulisan seseorang tentang saya. Saya emang gini. Cengeng.

Dia, adalah pandangan baru saya terhadap sosok laki-laki. Sering saya bilang dalam hati “oh cowok bisa gitu juga ya?”. jangan khawatir, dia laki-laki tulen.

Bisa dibilang saya baru-baru ini lebih dekat denganya. Dulunya hanya sebatas kenal, berteman. Sudah.

Sayangnya, hidup memang selalu seenaknya merubah teman menjadi sosok yang lain. Membalikan mitos menjadi fakta. Dan faktanya saya bersahabat dengannya.

Sifatnya seperti kebanyakan pria. Selalu ingin menjadi pelindung. Saya bilang kebayakan yaaa. Hmm.

saya sendiri kehabisan kata-kata kalo ngomongin sifatnya. Saya rasa dia amat sangat umum dengan pria lainya. Tapi selalu ada tapi. Biar seru.
Yang satu ini, punya banyak senyum. Punya banyak canda. Dan gak lupa dia punya banyak impian kecil hingga sampai impian terbesarnya. Bahkan, yang bikin saya heran. Meskipun selalu menjadi wacana, semangat untuk mengungkapkan apa yang dia ingin selalu statis diatas.

Kadang saya dibuat senyum sendiri liat tingkahnya. “ kamu, sudah beruntung dengan hidupmu. Jalani. Syukuri. Dan nikmati”. Banyak hal yang saya pelajari dengan mengenal pribadinya. Saya belajar tanggungjawab besar dengan apa yang saya jalani sekarang dari dia. Dia yang selalu berusaha, walau saya yakin sedang kelelahan. Gak banyak yang saya tahu tentang hidupnya. Hanya sebatas cerita keluarga,masalalu,dan masa depan. Tapi saya beruntung ada dia di cerita persahabatan saya.

Untuk dia :

Saya yakin kamu pasti bisa jadi “seseorang”. Tidak perlu ada yang dirubah. Hanya saja saya pesan “tolong dengar yang lain”. Kamu hebat jika sisi itu kamu tambah. Sudah hebat.

Terimakasih juga untuk kamu. R. yang kayaknya mulai betah sama kebosanan saya.


Ahhh, beginilah. Ada saatnya saya menjadi kekanakan seperti ini. Menulis apa yang saya rasa. seperti anak SMP yang baru dapat cinta. Semoga masih ada manfaatnya. Terimakasih sudah baca.

Kencur yang Pengecut



29 Maret 2016
23:44

Yang saya pikirkan sekarang adalah gelisah.
Gelisah yang saya gak tau apa sebabnya.

Boleh saya cerita ulang tentang hidup saya ?
Itung-itung upgrade yaaa.

Nama saya Lisna Listiahwati Buntoro, umur 20 tahun. Gak kerasa ya?
Hidup saya tidak lebih baik atau bahkan lebih baik dari kalian. Namun, ada beberapa hal terbaik dalam hidup saya.

Saat ini, saya punya beberapa hal terbaik yang sedang hangat dalam hidup saya. Keluarga, persahabatan, dan masa depan impian saya.
Jika ingin berpikir positif, maka boleh dibilang saya beruntung sekali. Kenapa ?

Jawabanya ya harus iya.


Saya punya ibu yang kuat.
Saya punya dua orang adik.
Saya punya bapak yang hebat.
Saya punya sahabat.
Saya punya teman.
Saya punya kenalan.
Saya punya pembenci. Mungkin.
Yang saya banggakan, saya punya mereka.

Dulu, saya sering menceritakan satu-persatu dari mereka. Sekarang, saya tidak mau lagi.

Ada beban saat saya menyebutkan sebuah nama. Terbukti, ada beberapa nama yang dulu saya sebut sahabat. Tapi ternyata saya keliru.

Saya serasa waswas takut ditipu lagi. Ditipu bukan sama orangnya, tapi hati saya. Hati saya yang mundur pelan-pelan, menggeleng dalam diam lalu bilang “bukan dia”. 

Akhir-akhir ini muncul beberapa permainan baru dalam otak saya. Permainan untuk menjadi hidup walau bukan dihidup saya. Menjadi munafik adalah tujuannya.

Saya tidak bermain sendiri, ada banyak tokoh yang saya temui. Bahkan saya sendiri merangkap peran ganda atau lebih ?. saya gak tau pastinya berapa.

Yang jelas saya nikmati semuanya. Boleh dibilang saya sendiri gak paham sedang apa saya sekarang ?. lalu detik berikutnya saya ikut lagi dengan alur yang sama.
Hebat. Saya kembali ditipu.

Tapi lagi, biar gak bosan saya kasih tapi.
Hati bukan penipu yang gigih. Kamu. Hati. Kamu kalah sama saya akhirnya. 

Saya jujur dengan tulus.

Saya sayang, saya benci, saya rindu, saya sedih, saya gelisah, saya bohong, saya sakit, saya senang, saya bahagia, lalu kembali kepada cinta.

Saya cinta dengan hidup yang saya punya. Seburuk apapun prosesnya. Saya yakin masih ada teka-teki seru didalamnya. Masih ada milyaran rahasia milik-Nya. Lalu, ijinkan saya untuk antusias menyambutnya.

Saya manusia kencur yang pengecut. Saya ingin bahagia dengan mencintai prosesnya. Semoga.

Terimakasih sudah baca. 

Monday, 15 February 2016

NOSTALGILA



Hallo strangers

Selamat malam dari Purwokerto.
Ya, ini saya, Adita. Yang dulu rasanya lebih rajin dari Lisna ngisi tulisan di blog ini. Tapi setelah lulus SMA saya jarang banget buka blog ini. Pertama, karena kesibukan adaptasi di kota baru, kuliah, urusan organisasi dan sebagainya. Kedua, saya punya blog saya sendiri sekarang, awalnya terpaksa bikin karena jadi tugas salah satu mata kuliah, tapi lama kelamaan saya malah terlalu enjoy di blog baru saya. Tapi saya bahagia, walaupun blog ini gak berjalan seperti yang dulu saya dan Lisna rencanakan, blog ini bisa jadi tempat Lisna (yang sekarang jelas lebih rajin dari saya ngisi blog ini) buat berbagi pengalaman dan cerita-cerita hidupnya.

Saya dan Lisna gak pernah ketemu lagi setelah lulus SMA. Chattingan juga terbatas, obrolan gak seseru dan seheboh kalo lagi ketemu. Blog ini yang justru ngasih tau saya betapa sahabat kesayangan saya itu udah banyak berubah. Hei, sejak kapan di blog ini pake kata ganti ‘saya’ ? yap, waktu dan semua kejutan yang dibawanya menjalankan tugasnya dengan baik untuk mendewasakan saya dan Lisna. Coba bandingkan tulisan ini dengan tulisan awal yang kami posting, bahasa dan isi sudah jauh berbeda.

Saya menulis tulisan ini beberapa minggu yang lalu ketika lagi diserang bosan di kampung halaman. Sebelum menulis, saya membaca postingan bertanggal 3 Desember yang ditulis Lisna. Dan saya terharu. 

Membuka lagi blog ini membuat saya merindukan banyak hal. Lisna adalah anak yang menyenangkan dan pandai bergaul. Saya tak heran jika di blog ini dia sudah punya sahabat-sahabat baru untuk diperkenalkan. Sedangkan saya ? saya tak punya siapapun untuk diperkenalkan. Sudah lewat 3 semester saya di sini, tak satupun yang saya rasa benar-benar penting untuk dikenalkan di sini. Saya tidak menemukan sahabat baru. Maka apalagi yang bisa saya syukuri selain sahabat-sahabat masa SMA saya yang mulai samar-samar jejaknya ? 

Saya selalu merasa Lisna masih sahabat saya. Dan saya berharap ia akan terus menjadi sahabat saya. Tapi saya tidak tahu apakah saya masih pantas ia anggap sahabat ? saya selalu gagal mengatur rencana untuk bertemu, saya tidak lagi saling bertukar novel dengannya yang biasanya selalu menjadi bahan pembicaraan paling seru, saya tidak lagi mendengarkan lagu yang sedang sering-seringnya dia dengarkan seperti dulu, saya bahkan tak ada di sampingnya di salah satu momen paling sedih dalam hidupnya. Tentu saja Lisna tak butuh saya untuk bangkit dari kesedihannya, saya yakin dia punya sumber kekuatannya sendiri, dia akan bisa berjalan lagi sekalipun waktu itu saya tidak menuliskan beberapa paragraf penyemangat di blog pribadi saya, tapi bukannya matahari selalu setia bersinar walau kita tidak meminta ? 

Jika saya masih pantas disebut sebagai sahabat, maka saya adalah sahabat yang betul-betul bangga karena sahabat saya yang dulu paling manja dan cengeng ini jsutru mampu mengungkapkan kerinduannya pada banyak hal tanpa berusaha menampilkan kesan bahwa ia sedang dilanda kesedihan. tapi saya yakin ada banyak sendu yang ia sembunyikan.

Sahabat-sahabat saya yang lain, Tika, Pirani, Nolis, Enci ? saya tidak tahu banyak. Yang saya tahu Tika sakit cukup parah sampai harus cuti dari kuliah. Saya sedih karena tidak bisa menjenguk, dan sedih karena diantara kami seolah tidak ada hal yang bisa membuat saya bertanya apa yang sebenarnya terjadi dan yang membuat Tika mampu dengan gamblang menceritakan kondisinya.

Yang saya tahu Pirani sibuk dengan kuliahnya dan sedang menikmati kehidupan asmaranya yang sedang kembali mesra dengan Abah Dila. Yang saya tahu Nolis punya anak terlebih dahulu baru kemudian menikah. Yang saya tahu, saya tidak tahu dimana Enci sekarang.

Setelah hampir 2 tahun ada di sekitar orang-orang yang sama tapi tak juga menemukan orang yang pas untuk dijadikan sahabat, saya tak berharap banyak. Cukuplah bagi saya punya teman ngobrol di kelas walau berganti-ganti setiap hari dan tak mungkin membuka obrolan yang penuh dengan privasi, cukuplah punya teman duduk di kantin walau berdasarkan kebetulan saja siapa yang saat itu sedang lapar dan tak ada jam kuliah, cukuplah ada yang datang ke kamar kost hanya ketika ada perlu bukan ingin mengadu hal-hal yang tidak perlu tapi menyenangkan untuk membunuh waktu. Saya tak berharap punya sahabat baru. Saya hanya ingin mengenal kembali sahabat-sahabat saya waktu SMA dulu, sebab terlalu banyak hal yang kini tidak saya ketahui tentang mereka dan sebaliknya. Yang jelas, saya menyayangi mereka, dan berusaha berhenti merisaukan sahabat atau bukan saya di mata mereka sekarang.

SURAT 1 UNTUK "LISNA VER. BANDUNG"KU

20 Maret 2018  14:27 WIB Hari ini seminggu mm bukan, 6 hari lebih tepatnya sebelum aku resmi bukan lagi penghuni kosan ini. ...