Hallo strangers
Selamat malam dari Purwokerto.
Ya, ini saya, Adita. Yang dulu rasanya lebih rajin
dari Lisna ngisi tulisan di blog ini. Tapi setelah lulus SMA saya jarang banget
buka blog ini. Pertama, karena kesibukan adaptasi di kota baru, kuliah, urusan
organisasi dan sebagainya. Kedua, saya punya blog saya sendiri sekarang,
awalnya terpaksa bikin karena jadi tugas salah satu mata kuliah, tapi lama
kelamaan saya malah terlalu enjoy di blog baru saya. Tapi saya bahagia,
walaupun blog ini gak berjalan seperti yang dulu saya dan Lisna rencanakan,
blog ini bisa jadi tempat Lisna (yang sekarang jelas lebih rajin dari saya
ngisi blog ini) buat berbagi pengalaman dan cerita-cerita hidupnya.
Saya dan Lisna gak pernah ketemu lagi setelah
lulus SMA. Chattingan juga terbatas, obrolan gak seseru dan seheboh kalo lagi
ketemu. Blog ini yang justru ngasih tau saya betapa sahabat kesayangan saya itu
udah banyak berubah. Hei, sejak kapan di blog ini pake kata ganti ‘saya’ ? yap,
waktu dan semua kejutan yang dibawanya menjalankan tugasnya dengan baik untuk
mendewasakan saya dan Lisna. Coba bandingkan tulisan ini dengan tulisan awal
yang kami posting, bahasa dan isi sudah jauh berbeda.
Saya menulis tulisan ini beberapa minggu yang lalu
ketika lagi diserang bosan di kampung halaman. Sebelum menulis, saya membaca
postingan bertanggal 3 Desember yang ditulis Lisna. Dan saya terharu.
Membuka lagi blog ini membuat saya merindukan
banyak hal. Lisna adalah anak yang menyenangkan dan pandai bergaul. Saya tak
heran jika di blog ini dia sudah punya sahabat-sahabat baru untuk
diperkenalkan. Sedangkan saya ? saya tak punya siapapun untuk diperkenalkan.
Sudah lewat 3 semester saya di sini, tak satupun yang saya rasa benar-benar
penting untuk dikenalkan di sini. Saya tidak menemukan sahabat baru. Maka
apalagi yang bisa saya syukuri selain sahabat-sahabat masa SMA saya yang mulai
samar-samar jejaknya ?
Saya selalu merasa Lisna masih sahabat saya. Dan
saya berharap ia akan terus menjadi sahabat saya. Tapi saya tidak tahu apakah
saya masih pantas ia anggap sahabat ? saya selalu gagal mengatur rencana untuk
bertemu, saya tidak lagi saling bertukar novel dengannya yang biasanya selalu
menjadi bahan pembicaraan paling seru, saya tidak lagi mendengarkan lagu yang
sedang sering-seringnya dia dengarkan seperti dulu, saya bahkan tak ada di
sampingnya di salah satu momen paling sedih dalam hidupnya. Tentu saja Lisna
tak butuh saya untuk bangkit dari kesedihannya, saya yakin dia punya sumber
kekuatannya sendiri, dia akan bisa berjalan lagi sekalipun waktu itu saya tidak
menuliskan beberapa paragraf penyemangat di blog pribadi saya, tapi bukannya
matahari selalu setia bersinar walau kita tidak meminta ?
Jika saya masih pantas disebut sebagai sahabat,
maka saya adalah sahabat yang betul-betul bangga karena sahabat saya yang dulu
paling manja dan cengeng ini jsutru mampu mengungkapkan kerinduannya pada
banyak hal tanpa berusaha menampilkan kesan bahwa ia sedang dilanda kesedihan.
tapi saya yakin ada banyak sendu yang ia sembunyikan.
Sahabat-sahabat saya yang lain, Tika, Pirani,
Nolis, Enci ? saya tidak tahu banyak. Yang saya tahu Tika sakit cukup parah
sampai harus cuti dari kuliah. Saya sedih karena tidak bisa menjenguk, dan sedih
karena diantara kami seolah tidak ada hal yang bisa membuat saya bertanya apa yang
sebenarnya terjadi dan yang membuat Tika mampu dengan gamblang menceritakan
kondisinya.
Yang saya tahu Pirani sibuk dengan kuliahnya dan
sedang menikmati kehidupan asmaranya yang sedang kembali mesra dengan Abah
Dila. Yang saya tahu Nolis punya anak terlebih dahulu baru kemudian menikah.
Yang saya tahu, saya tidak tahu dimana Enci sekarang.
Setelah hampir 2 tahun ada di sekitar orang-orang
yang sama tapi tak juga menemukan orang yang pas untuk dijadikan sahabat, saya
tak berharap banyak. Cukuplah bagi saya punya teman ngobrol di kelas walau
berganti-ganti setiap hari dan tak mungkin membuka obrolan yang penuh dengan
privasi, cukuplah punya teman duduk di kantin walau berdasarkan kebetulan saja
siapa yang saat itu sedang lapar dan tak ada jam kuliah, cukuplah ada yang
datang ke kamar kost hanya ketika ada perlu bukan ingin mengadu hal-hal yang
tidak perlu tapi menyenangkan untuk membunuh waktu. Saya tak berharap punya
sahabat baru. Saya hanya ingin mengenal kembali sahabat-sahabat saya waktu SMA
dulu, sebab terlalu banyak hal yang kini tidak saya ketahui tentang mereka dan
sebaliknya. Yang jelas, saya menyayangi mereka, dan berusaha berhenti
merisaukan sahabat atau bukan saya di mata mereka sekarang.
No comments:
Post a Comment