3
Desember 2015
17:00
Hari
ini saya belajar lagi sesuatu,
Saya
belajar tentang tulusnya Cinta.
Sakit
sekali sebenarnya apa yang saya rasakan sekarang. Bapak saya sedang terbaring
lemah di ranjang Rumah Sakit. Sedangkan saya tidak bisa ada disana.
Kemarin
saya dan keluarga memutuskan untuk menyerah “ikhtiar maksimal” .kami, sama-sama
tahu apa risiko yang akan muncul, jujur saya sendiri sudah mulai menyerah
menyemangati bapak setiap hari.
Apapun
hasilnya saya yakin ini sudah jalan-Nya.
Saya
kira rasa cinta saya lebih besar untuk bapak, tapi saya baru sadar ada sosok
wanita yang lebih mencintai bapak melebihi dirinya sendiri. Ibu saya.
Saya
dan keluarga sudah lelah mengeluh, sudah saatnya kami menerima, ikhlas dan
berusaha.
Sebelumnya
ijinkan saya memperkenalkan seorang pria yang saya kagumi :
Bapak
saya bukan orang yang lebih baik dari orang tua kalian.
Beliau
keras, tegas, egonya tinggi, bisa dibilang kasar, namun beliau juga orang yang
optimis, berani, percaya diri, tidak mudah putus asa. yang saya tahu seperti
itu. Baik buruknya bapak saya , beliau tetap bapak saya yang hebat. Hebat sekali.
Sekitar
usia 27 tahun, bapak saya terkena Diabetes, gula darahnya naik tidak
terkontrol. Pada saat itu pola hidup nya memang tidak sehat. Saya waktu itu
belum tahu apa itu Diabetes. Jelas saya masih kecil.
Penyakit
terus menggerogoti tubuhnya setiap hari, bapak saya yang dulunya gemuk
berangsur-angsur menjadi kurus. Beliau mulai sering sakit-sakitan bahkan keluar
masuk RS sudah biasa bagi keluarga kami.
Saya
sangat menyesal untuk diam dalam ketidaktahuan. Sering sekali saya berandai-
andai jika saja saya bisa mencegah semuanya. Memperbaiki semuanya. Tahu sebelum
terlambat. Namun sekarang sudah bukan waktunya. Sudah bukan waktunya menyesal.
Hingga
akhirnya kami tiba di pertengahan tahun 2015, bapak saya dinyatakan mengalami
komplikasi dari Diabetes yaitu Gagal Ginjal.
Awalnya
bapak ingin berobat ke Bandung, sekedar chek up katanya.
Namun
rencana-Nya sudah tersusun rapih.
Dari
hasil tes lab, diketahui fungsi Ginjalnya sudah mengalami penurunan, bapak dan
ibu saya keluar dari ruangan dokter dengan muka sedih. Saya sudah mengerti
hasilnya tidak sedang baik. Jadi saya tidak bertanya.
Dokter
masih memberikan vitamin Ginjal waktu itu, saya bilang “pak, semuanya bakal
baik-baik aja. Bapak pasti sehat lagi. Usaha kita gak mungkin gak ada hasilnya.”
Beliau terlihat sangat terpukul, saya sendiri lebih sakit melihatnya. Namun saya
tidak ingin terlihat lemah didepanya.
Selain
menyerang organ Ginjalnya, diabetes juga sudah mengakibatkan penglihatan bapak
mulai berkurang. Egoisnya saya ingin menggantikan posisinya. Saya sering
membayangkan rasa sakit yang beliau rasakan. Namun tidak pernah sama, saya
yakin.
Beliau
kuat sekali. Rasa semangatnya ingin sembuh sangat besar. Saya bangga punya
bapak yang kuat. Tidak sia-sia waktu kecil saya bilang “dia pacarku, super hero
ku”.
Kami
sudah bertemu banyak dokter, sampai akhirnya semuanya bilang, bapak saya harus
melakukan cuci darah.
Bapak
saya masih belum menyerah, akhirnya sepulang dari Jogyakarta bapak memutuskan
mencoba pengobatan alternative. Yang awalnya bapak tidak pernah mau mencoba
pengobatan alternative akhirnya mau. Saya tahu beliau mulai pasrah, Karena setahu
saya bapak orangnya rasional dan sangat percaya dengan pengobatan medis. Bapak bilang
“bapak gak mau cuci darah, insyaAllah ini cocok buat bapak”. Saya senang bapak
punya sugesti yang kuat. Saya yakin bapak sembuh.
Perlu
saya jelaskan, cuci darah (Hemodialisa) bagi penderita Gagal Ginjal bukan merupakan obat. Yang
saya tahu cuci darah hanya berfungsi menggantikan fungsi ginjal yang sudah
rusak. Mengeluarkan cairan racun dari dalam tubuh lalu setelah itu harus
dilakukan berulang-ulang.
Akhir
tahun 2015, awal bulan Desember bulan kesukaan saya.
Tahun
lalu bapak masih bisa datang ke Bandung buat bikin kejutan Ulang tahun untuk
saya. Bahagia sekali saya waktu itu.
Beda
dengan tahun lalu, awal Desember ini bapak saya dibawa ke RS. Saya kaget waktu
bapak bilang “bapak kayaknya udah gak kuat, apa harus cuci darah ya teh? Dada bapak
mulai sesak”. saya sedih, namun saya tidak bisa bilang kayak dulu sama bapak “pak, neng sedihhhh” sekarang saya
gantian yang so kuat. Tapi saya yakin saya bakalan kuat beneran.
Bapak
saya memutuskan untuk menjalani cuci darah hari ini. Berulang kali saya minta
diyakinkan oleh-Nya. Akhirnya saya yakin yang saya dan keluarga saya jalani
sekarang adalah alur cerita dari Yang Maha Kuasa. Keajaiban selalu ada selagi
kami masih berdoa dan berusaha.
56
menit yang lalu, saya baru selesai menutup telpon dari ibu saya.
Tumben,
bapak mau ngobrol sama saya. Biasanya selalu ada alasan gamau bicara. Bahkan sering
menyuruh menutup telpon ketika ibu saya sedang bicara. Alasan sesungguhnya saya
tahu benar apa itu. Bapak Cuma gamau, saya denger beliau lagi kesakitan lewat
suaranya.
Awalnya
bapak nyapa biasa, lalu saya tanya sambil sedikit bercanda “gimana pak rasanya habis
cuci darah ? sakit gak ?”. nada suara saya dibuat seceria mungkin.
Bapak
mulai cerita, katanya sakit pas awal sama akhirnya. Sambil balas bercanda “bapak
dapat pelecehan dari suster-suster muda” sambil ketawa.
Saya
mulai serius Tanya perihal cuci darah dan prosedurnya. Tiba-tiba bapak bilang “bapak
mau ganti ginjal aja”. Saya Cuma jawab “oh kalo bisa kenapa engga?” tapi nada
suaranya mulai sedih.
“mamah mau berbagi ginjal sama bapak” disini
bapak mulai menangis.
Cerita
selanjutnya bisa kalian bayangkan. Saya menangis sambil menutup pembicaraan
tadi.
Saya
baru tahu apa itu Cinta.
Saya
tidak setuju dengan pernyatan bahwa cinta akan hilang dan berganti menjadi saling memahami dan
mengerti. Yang saya tangkap hari ini. Beda.
Cinta
ibu dan bapak saya semakin membludak banyak membanjiri orang disekitarnya.
Tulus,
sabar, apa adanya, bersih, setia, dan melahirkan cinta yang baru dari kami
anak-anaknya. Dia adalah wanita hebat dibelakang kami. Ibu saya.
Strangers,
saya harap cerita saya bisa menjadi pelajaran bagi saya dan kalian yg
membacanya. Saya tidak sedang ingin dikasihani atau cari sensasi. Saya tahu
banyak yang mangalami hal yang sama seperti saya. Bahkan lebih sulit.
Jujur
,dari kemarin-kemarin saya tidak pernah mau menceritakan ini. Saya Blok biar
gakeluar. Tapi saya tahu pelajaran yang saya dapat tidak hanya milik saya. Saya
ingin berbagi, sehingga ada seseorang yang dapat hidup bahagia melebihi
bahagianya kami.
Satu
hal yang penting,..
percaya “Allah tidak tidur”.
Terimakasih
sudah baca.